Pagi ini terbangun seperti biasa, semangat yang sama dengan hari-hari yang lain. Kubergegas merapikan diri ''ini harinya'' sautku dalam hati. Segera kupacu kendaraan menuju tempat pertemuan dan berharap takan ada halangan yang menjumpaiku. Bagaimana tidak genap seminggu saya menunggu hari, ini yah hari ini.
Kuberanjak memasuki kedai kopi yang sama dengan minggu lalu. Memesan secangkir kopi khas buatan kedai kopi itu. Bergerak pasti duduk dikursi kayu dan meminum secangkir kopi pagi ini, seraya sesekali melirik jam ''ah bukankah dia sudah harus menelponku saat ini'' sautku dalam batin sekali lagi.
Tak lama waktu terbuang menunggu, sesosok tubuh dari orang yang kutunggu menghampiriku, memberikan salam dan kemudian duduk tepat di depanku. ''maaf'' kalimat pertama yang keluar dari mulutnya, dalam batinku menyahut "itu sudah biasa di jaman tampa etos ini". ''maaf sepertinya pembicaraan kita tempo hari musti tertunda'' kalimat itu terangkai dengan indahnya keluar dari mulutnya. Lama waktu yang dia butuhkan untuk menjelaskan dan menjawab semua pertanyaan ku. Peretemuan yang singkat meninggalkan sedikit kekecewaan dalam hati.
Ah... ini bukan akhir dalam perjalananku hari ini masih ada satu relasi yang harus ku temui di tempat yang sama, walau dalam waktu yang berbeda. Kembali ku membuka leptop yang sudah ku persiapkan untuk pertemuan ini. File demi file ku telusuri dan sesekali memperbaiki yang menurutku baik-baik saja, tapi tetap kulakukan untuk membuang jenuhku saat itu. Ketakuatan akan mati dikarenakan kekecewaan dan kejenuhan menunggu membuatku melakukan itu berkali-kali.
Di waktu yang sudah di janjikan pertemuanku dengan orang kedua berlansung. Tampa basa basi ku sodorkan semua file yang memang kuperuntukkan untuknya. Lama perbincangan tertuang dalam pertemuan kami sembari beberapa malah menjadi debat kecil untuk menyamakan pandangan kami. Setelah beberapa kali berdebat, berdiskusi, melewati belokan dan beberapa tanjakan filepun ku serahkan. Pertemuan ke dua ini berhasil dengan sukses dan mengobati sedikit kekecewaanku pada pertemuan pertama.
Kata sepakat telah tertuang dalam secarik perjanjian kerja sama. Senyum kemudian menghiasi wajah kami. Tapi.... Ada yang terlupakan, ada yang kurang menurut saya. Rasa itu muncul dan berkecamuk setelah relasi itu pergi. Tapi apa... saya masih dalam kebingungan dengan pernyataan saya dalam benak.
Lama ku merenung mencari apa yang kurang di hari itu. Pertanyaan itu terus membayangiku setibaku di rumah. Dalam kebingungan ku menerobos ke dapur mengambil gelas dan mulai menyeduh secangkir kopi. Kupastikan takaran, suhu air saat ku tuangkan serbuk kopi, hanya tuk memastikan tak ada yang salah dalam tiap langkah ku. Segera kubawa ke ruang tamu dan kuletakkan diatas meja.
Apa yang kurang masih saja membayangi pikiran ku. Kuperatikan gelas kopi dan meminum seteguk larutan di dalamnya. Ah... kopi ini pas tak ada yang kurang mulai dari takaran sampai penyeduhannya lalu apa yang kurang. Segera aku mengambil rokok kretek dalam jaket yang dari tadi belum kelepas. Kubakar dan menikmatinya, "bukan ini" pertentangan dalam benak semakin mencuat.
Kuperhatikan mentari sudah menuju peraduannya, digantikan kegelapan malam tampa bulan yang menghiasi. Kucoba berbaring dalam kamar dan memperhatikan langit-langit kamar ku. Langit-langit ini juga pas, seperti itu memang langit-langit yang terbuat dari multiplex, harus ada garis-garis penyambungnya tidak boleh polos sahutku dalam benak.
Hampir tengah malam tapi masih saja ada yang kurang menurutku. Kupacu kendaraanku melintasi jalan raya yang masih saja ramai walau sudah tengah malam. Mencoba mencari apa yang kurang dalam benakku. Kuhentikan motor di tempat parkir pas di tengah garis putih pembatas antar motor yang lain.
Apa yang kurang masih saja terus mengganggu. Ku langkahkan kaki menjauhi tempat parkir menyusuri pinggiran pantai yang terbuat dari beton yang kemudian beralih fungsi dari talud menjadi tempat duduk pasangan muda mudi. Kumenerawang jauh ke tengah laut tuk sekedar menenangkan hati berharap jawaban kan datang dengan sendirinya. Tapi masih saja ada yang kurang yang terlupakan oleh otak kecil ini "tapi apa".
Lelah ku mencari jawaban membuatku mengalah pasrah tampa syarat, biarlah mungkin memang bukan saatnya untukku mengetahui apa yang kurang itu. Kupacu kembali kendaraanku menyusuri jalan yang sama dengan keadaan yang hampir sama. Tepat pukul tiga subuh sesampaiku di rumah, kembali menuju dapur untuk menyeduh kopi dan duduk diruang tamu.
Tapi pertanyaan itu kembali terlontar mengusik pengakuan diriku untuk mengalah. Kubenamkan benakku dalam larutan kopi dan nikmatnya rokok kretek yang ku isap dalam dalam. Kemudian diam, dan terlintas keinginan untuk menulis perjalanan ku untuk mencari apa yang kurang. Kubuka leptop dan mulai menulis, merangkai kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf. Kuurai kronologis kejadian dari pagi hingga saat ini tapi tetap saja saya tak mengerti apa yang kurang.
Ah... sudah jam lima subuh, azanpun sudah berkumandan di mesjid dekat rumah. Ku save tulisanku agar besok dapat ku posting dalam blog ku. Kemudian mencoba membuat cadangan file ke dalam flashdisk, tapi... hei dimana fd itu kenapa raib dalam tas ini. Lalu saya terdiam dan berfikir, fd tadikan ku serahkan kepada relasi untuk memindahkan file dan ah saya lupa untuk memintanya lagi.
Ah... sial pencarianku yang lebih sepuluh jam ternyata hanya karna fd butut itu. Walau di dalamnya ada file file penting tapi itukan cadangan. Dan kenapa pula saya harus pusing akan hal itu. Sampai hampir seperti orang gila yang memutari kota untuk tau apa yang kurang. Sial sial sial tiada guna ku kerahkan kemampuan tuk mengetahui apa yang kurang itu. Hanya menghabiskan tenaga dan waktu saja. Dan kemudian ku rebahkan diri ke atas kasur dan mulai menghilang kedalam tidurku yang tertunda